..:: Djakarta Info ::..: it's all about jakarta info

 
myprofile

Name: ojack_djakarta
Home: Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
About Me: A series that spawned a movie, Cowboy Bebop tells the tale of Spike Spiegel and his crew of future bounty hunters (Jet Black, Faye Valentine, Ed and Ein)
See my complete profile

advertising

previouspost
myarchives
mylinks
bloginfo




Enter your email address:

Delivered by FeedBurner


Powered by  MyPagerank.Net

hit counter

denero's diary
elo siapa ..???

Margahayu Land

Google
Web Blog ini

Friday, February 23, 2007



PELAKSANAAN operasi di sebuah rumah sakit di Beograd Serbia terpaksa dihentikan setelah dua dokter bedah yang sedang bertugas, terlibat perkelahian. Dokter Radulovic tengah melakukan operasi di ruang bedah ketika datang dr. Dragan Vukanic. Dia menarik telinga dan menampar wajah Radulovic, kemudian pergi keluar ruangan bedah. Dalam keadaan emosional, Radulovic menyusulnya dan mereka terlibat perkelahian. Untungnya, operasi bisa diselesaikan di bawah pengawasan asisten dokter Radulovic. (Ananova)***

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 11:45 AM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Wednesday, February 14, 2007

Pasca Banjir

Setelah banjir melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, saat ini masalah baru kembali muncul, yaitu menumpuknya sampah-sampah pasca banjir. Hal itu membuat warga kewalahan menanganinya dan bingung mau dikemanakan tumpukan sampah tersebut. Pasalnya jika didiamkan begitu saja, tumpukan sampah itu akan menimbulkan bau tak sedap, dapat menggangu aktifitas masyarakat dan menimbulkan berbagai penyakit. Namun demikian, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengatakan, pihaknya akan mengerahkan mobil pemadam kebakaran dalam jumlah besar untuk membersihkan rumah warga dan perkantoran yang terkena banjir di wilayah Jakarta. Disamping itu, Palang Merah Indonesia (PMI) juga akan dilibatkan untuk memberikan bantuan obat-obatan kepada warga Jakarta yang terkena musibah banjir.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 1:43 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Monday, February 12, 2007

Berkaca pada Jakarta

Oleh OTTO SOEMARWOTO*


JAKARTA dilanda banjir dahsyat. Menurut perkiraan, 75% Kota Jakarta terendam. Jalan-jalan besar berubah menjadi sungai besar. Pabrik, perakitan mobil, terminal peti kemas, gudang Bulog, permukiman kumuh dan elite terendam. Kerugian ekonomi mencapai triliunan rupiah.

Salah siapa?

Hujan deras di Jakarta dan di hulu daerah aliran sungai (DAS) sungai yang mengalir ke Jakarta, banyaknya sungai yang bermuara di Jakarta, topografi Jakarta yang landai dan air pasang, serta letak geografi di wilayah pantai, kata banyak orang. Itu semuanya benar.

Akan tetapi tidak kurang pentingnya ialah kelakuan manusia yang membuat Jakarta makin rentan terhadap banjir. Pembangunan telah dipacu sejak Orde Baru. Gedung-gedung baru, permukiman baru, pusat bisnis dengan perkantoran dan mal baru, jalan-jalan baru telah dibangun. Walaupun telah diperingatkan berulang-ulang oleh para pakar untuk tidak menghabiskan lahan hijau, kenyataannya lahan hijau makin menyusut dimakan pelebaran jalan dan jalan baru serta gedung baru. Halaman gedung dan rumah disemen untuk dijadikan tempat parkir. Jakarta makin penuh dengan gedung.

Sistem riulering peninggalan Belanda tidak diperbarui dan tidak pula dipelihara. Sampah menyumbatnya di banyak tempat. Air tanah disedot dan Jakarta mengalami keamblesan. Dengan kendaraan bermotornya yang terus bertambah, sumbangan Jakarta untuk emisi CO2 terus meningkat. Dengan ini pemanasan global juga terus naik. Permukaan laut naik dan air makin sulit dialirkan ke laut. DAS hulu Ciliwung di Puncak dan DAS sungai lainnya, seperti Cisadane di kaki Gn. Pangrango dan Gn. Salak, penuh dengan vila yang merambat terus makin tinggi di lereng gunung. Hutan di DAS hulu main habis. Bagaimana dengan Bandung?

Jika kata Jakarta diganti dengan Bandung, serta Puncak dan DAS hulu lainnya dengan Kawasan Bandung Utara (KBU) dan Kawasan Bandung Selatan (KBS), tampaklah betapa miripnya Bandung dengan Jakarta. Sistem riulering yang buruk yang tersumbat sampah, penyedotan air, dan keamblesan tanah serta makin menyusutnya lahan hijau karena pelebaran jalan dan pembangunan jalan baru dan gedung, penembokan halaman untuk tempat parkir serta pembangunan pemukiman dan vila di KBU dan KBS terjadi di Bandung.

Perbedaannya Bandung tidak terletak di pantai, tetapi dalam sebuah cekungan. Cekungan ini dikelilingi gunung dengan curah hujan yang tinggi yang bervariasi antara 3.000 mm sampai 5.000 mm/tahun. Satu-satunya pembuangan air hanyalah Citarum yang jalur alirannya landai dan telah mengalami pendangkalan berat. Di banyak tempat juga tersumbat sampah. Jarak antara wilayah bercurah hujan tinggi dengan Citarum tidaklah jauh. Hanya 25-40 km. Dari segi geografi Bandung lebih rentan terhadap banjir daripada Jakarta.

Jika suatu ketika dalam musim hujan terjadi hujan pada waktu yang bersamaan di pegunungan yang mengelilingi Bandung, niscayalah Bandung akan disergap banjir besar, terutama di bagian selatan, timur-tenggara dan daerah lain yang rendah dan di pinggiran sungai.

Marilah kita berkaca pada Jakarta. Kita tentu tak ingin seperti Jakarta. Maka kendalikanlah diri kita. Kurangi kehidupan hidonik kita dengan mengurangi pola hidup konsumtif yang berlebihan. Kita kendalikan diri kita untuk membangun di KBU dan KBS. Kita kendalikan pula kesukaan kita untuk terlalu mudah naik mobil. Kita tidak antimobil. Mobil adalah hasil teknologi yang berguna. Harus kita manfaatkan. Hanya jangan berlebihan. Kita gunakan dengan efisien. Penggunaan untuk jarak pendek tidaklah efisien. Tidak pula sehat. Kita kurang mendapatkan aktivitas fisik. Di samping itu juga menyebabkan pencemaran udara yang berat yang meracuni diri kita sendiri, suami/istri, anak, dan cucu. Untuk jarak pendek sampai 1 km, berjalankakilah.

Untuk jarak 5-10 km bersepedalah. Dengan bersepeda juga menciptakan lapangan pekerjaan untuk produksi dan perakitan sepeda, produksi suku cadang, perdagangan sepeda dan penitipan sepeda. Dengan ini keperluan pelebaran jalan dan pembangunan jalan baru berkurang. Taman dan jalur hijau tidak perlu dikorbankan. Janganlah bersemangat untuk menaikkan PAD tanpa memperhitungkan dampaknya pada lingkungan hidup. Pengorbanan lingkungan hidup itu membawa biaya besar, antara lain, biaya kesehatan dan kerusakan karena banjir.

Dengan makin banyaknya pembangunan di KBU dan KBS lahan hijau makin berkurang, sementara di kota makin banyak pohon dan jalur hijau yang hilang, permukaan tanah yang ditembok dan diaspal makin luas, kerusakan riul makin parah dan makin banyak sampah yang menyumbat riul. Maka dampak hujan terhadap banjir makin besar. Hujan luar biasa lima-tahunan akan menyebabkan banjir 10-tahunan, hujan 10-tahunan menyebabkan banjir 20-tahunan dan seterusnya.

Lagi pula dengan topografinya yang berlereng, risiko terjadinya tanah longsor jauh lebih besar daripada Jakarta, misalnya Dago Bengkok. Wilayah sepanjang aliran Cikapundung dan sungai lain dapat diterjang banjir besar yang membawa lumpur dari atas.

Kali ini kita beruntung tidak mendapat hujan sangat deras seperti di Jakarta dan Puncak-Bogor. Musim hujan yang akan datang mungkin kita tidak beruntung. Sekali lagi, marilah kita berkaca pada Jakarta. Jika kita tidak mau berkaca pada Jakarta, pertanyaannya bukanlah apakah dapat terjadi banjir besar di Bandung, melainkan kapan akan terjadi banjir besar di Bandung? Janganlah kita takabur!

Semoga Allah SWT memberi kearifan dan keberanian kepada para pemimpin eksekutif dan legislatif kita di Provinsi Jabar serta di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung untuk berkata dengan tegas, "Tidak!" untuk perluasan pembangunan di KBU dan KBS serta untuk mengorbankan terus-menerus pohon, jalur hijau, taman, dan halaman di kota untuk jalan dan tempat parkir. Amin ya robbil alamin.***


*Penulis, guru besar emeritus, pakar ekologi.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 3:34 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Sunday, February 11, 2007

Pasar Murah untuk Korban Banjir

Kandidat gubernur DKI Jakarta yang diusung Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Adang Darajatun, bersama kader PKS menyelenggarakan pasar murah bagi korban banjir, di Jakarta, Minggu (11/2).

Pasar murah yang dilakukan di Kampung Rawajati, Kalibata, Jakarta Selatan itu menyediakan paket kebutuhan pokok, pakaian sekolah, perlengkapan bayi dan peralatan rumah tangga.

"Terlalu naif, kalau kegiatan seperti ini dikatakan hanya untuk kampanye. Membantu sesama, merupakan kewajiban sebagai seorang Muslim," ujar Adang ketika ditanya disela-sela pembukaan pasar murah tersebut.

"Banyak perlengkapan dapur dan peralatan rumah tangga lainnya yang rusak terkena atau terbawa banjir. Sementara bantuan dari para dermawan yang disalurkan pada saat banjir kemarin itu, lebih banyak berbentuk makanan siap saji," ujar Adang.

Pasar murah ini juga dihadiri sejumlah artis seperti Rano Karno, Dedi Mizwar, dan Astri Ivo yang membaur bersama warga ikut membersihkan lingkungan dan membagikan peralatan sekolah dan peralatan sholat kepada warga Rawajati yang terkena banjir.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 1:45 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Saturday, February 10, 2007

Angkut Sampah Banjir, DKI Akan Sewa Truk

Pemda DKI Jakarta akan menyewa truk untuk mengangkut sampah pascabanjir jika truk sampah Dinas Kebersihan tidak mencukupi untuk mengangkutnya. "Ada keluhan truk kurang (untuk mengangkut sampah)," kata Wagub Fauzi Bowo, saat meninjau pengungsi korban banjir di eks SD 09 Pangadegan, Pancoran, Jakarta, Selatan, Sabtu (10/2) tengah malam.

Fauzi mengatakan, ia telah meminta aparat terkait dan juga para wali kota untuk menyewa truk jika truk yang tersedia tidak mencukupi. Anggarannya akan diambil dari anggaran khusus. "Berapa dikeluarkan (untuk menyewa truk) akan dikeluarkan (dananya)," ujarnya.

Wagub juga meminta agar petugas kebersihan untuk membuang sampah sampai di penampungan akhir di Bantar Gebang. Fauzi mengharapkan pada minggu depan, sekolah yang dijadikan tempat mengungsi sudah bisa digunakan kembali untuk kegiatan belajar.

Ia mengatakan, akan dilakukan kerja bakti massal selama satu hingga dua hari untuk membersihkan sisa-sisa banjir. "Sebetulnya saat ini juga sudah ada yang membersihkan rumahnya," katanya.

Menurut Fauzi, jika lokasi bekas banjir tidak dibersihkan maka bisa menjadi sarang penyakit. "Kita tidak ingin itu terjadi di Pangadegan. Jangan sampai ada warga kena wabah penyakit," ungkapnya. Walaupun masyarakat dalam kesulitan, Fauzi meminta masyarakat untuk tetap memperhatikan kesehatan.

Pada kunjungannya, Fauzi juga meminta aparat setempat untuk menginventarisir jumlah anak-anak sekolah. Fauzi berjanji akan membantu anak-anak korban banjir yang kehilangan peralatan sekolah dan pakaian seragam akibat banjir. Ia tidak ingin anak-anak berhenti sekolah.

Sementara itu salah seorang warga mengatakan, lapisan lumpur hingga lutut orang dewasa timbul di rumahnya setelah banjir surut. Ia memperkirakan diperlukan waktu sekitar satu minggu hingga satu bulan untuk membersihkan rumah.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 1:50 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Friday, February 09, 2007

Harga Rusun di Jakarta Harus Terjangkau Warga Miskin

Pembangunan rumah susun (rusun) untuk keluarga miskin di ibu kota harus memperhatikan kemampuan ekonomi warga. Sebab, tidak semua keluarga korban banjir, khususnya keluarga miskin mampu membeli kapling di rumah susun.

Oleh karena itu, Pemerintrah Provinsi (Pemprov DKI) sangat hati-hati dalam menjalankan kebijakan pembangunan rusun untuk korban banjir dan warga miskin. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi agar pembangunan rusun itu benar-benar bermanfaat dalam penataan kota dan dimanfaatkan oleh warga yang kurang mampu.

“Kita harus belajar dari pengalaman sebelumnya. Banyak rusun yang dibangun di Jakarta, tapi yang menempati rusun tersebut bukan warga korban banjir atau warga miskin, melainkan masyarakat golongan menengah ke atas,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo.

Mantan Sekda DKI Jakarta itu mencontohkan, pembangunan rusun KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Awalnya, rusun tersebut dibangun untuk masyarakat ekonomi lemah. Namun, begitu rusun tersebut jadi, ternyata yang menempatinya bukan warga kurang mampu.

“Hampir semua penghuninya berasal dari kalangan keluarga mampu, bahkan kalangan sarjana,” jelas pria yang sudah 28 tahun meniti karir di lingkungan Pemprov DKI tersebut.

Hal itu disebabkan beberapa faktor seperti ketidakmampuan keluarga miskin untuk membayar cicilan kapling rumah susun.

"Sebagian warga miskin hanya mampu membayar cicilan untuk menyewa kapling di rusun. Bahkan hanya ada yang mampu menyewa dengan hitungan harga sewa satu kapling Rp 3.000 per hari. Nah, hal ini harus menjadi perhatian utama. Karena itu, pembangunan rusun harus memperhatikan kemampuan ekonomi warga dan untuk masyarakat mana rusun tersebut dibangun,” kata Doktor Ingenieur dari Fachbereich Architektur/Raum Und Umweltplanung-Baungenieurwesen Universitas Kaiserlautern, Jerman, tahun 2000 ini.

Pria kelahiran Jakarta 10 April 1948 itu mengatakan pembangunan rumah susun memang salah satu alternatif untuk relokasi korban banjir yang tinggal di bantaran.

Namun, kata Bang Fauzi—begitu dia akrab disapa—mengatakan pihaknya menemui kendala dalam membangun rusun di Jakarta. Pasalnya, lahan yang tersedia sangat terbatas. “Salah satu solusinya, yaitu pembangunan permukiman secara vertikal. Tapi cara ini tidak mudah karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi," ungkapnya.

Selain itu, eks Kepala Dinas Pariwisata (1993-1998) ini juga mengaku ada kendala lain, yaitu kesadaran warga Jakarta, khususnya warga di bantaran kali untuk menempati rumah susun.

“Seperti yang Anda ketahui, kita sudah berulang kali menawarkan rusun kepada warga Kampung Melayu. Tapi hingga kini sebagian warga masih keberatan dengan alasan sempit dan mahal. Selain itu, mereka juga juga keberatan dengan status hak sewa yang berlaku selama ini.

“Warga maunya rusun itu benar-benar murah, cukup menampung seluruh anggota keluarga, dan menjadi hak milik. Ke depan, ini harus menjadi perhatian,” pungkasnya.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 1:35 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Thursday, February 08, 2007

Bersihkan Sampah Banjir, DKI Minta Bantuan Daerah Penyangga

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan meminta bantuan daerah penyangga dan pihak swasta untuk mengerahkan mobil pemadam kebakaran guna membersihkan sampah dan lumpur banjir.

"Kita akan mengerahkan seluruh unit mobil pemadam kebakaran untuk menyemprot sampah dan lumpur yang berada di jalan dan pemukiman warga," kata Gubernur Sutiyoso kepada wartawan, di Balai Kota.

Pihaknya, kata eks Pangdam Jaya ini, juga akan meminta bantuan kepada TNI/Polri,dan kantor pemerintah.

Selain itu, lanjut Sutiyoso, pihaknya akan meminta bantuan kepada PMI Pusat untuk memberikan bantuan obat desinfektan yang akan digunakan sebagai campuran penyemprotan tersebut.

Sutiyoso menambahkan, sebelum melakukan penyemprotan, pihaknya akan berkoordinasi terlebih dulu dengan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). "Koordinasi itu kita lakukan agar penyemprotan yang kita lakukan benar-benar efektif," jelas mantan Wadan Kopassus ini.

"Kita akan lakukan penyemprotan bila air sudah mulai surut," kata Sutiyoso.

Sutiyoso optimis instansi swasta dan daerah penyangga akan merespon permintaan bantuan tersebut. Sebab, tiga pimpinan daerah akan bertemu pada Sabtu, untuk membahas koordinasi penanganan banjir secara komprehensif.

"Kita akan rapat bersama Wapres (Jusuf Kalla-red), dan dua gubernur lainnya yakni Gubernur Jawa Barat dan Gubernur Banten. Kita juga akan pantau ibu kota melalui udara," ucapnya.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 2:03 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Wednesday, February 07, 2007

208.743 Jiwa Masih Bertahan di Lokasi Pengungsian

Sebanyak 208.743 jiwa pengungsi banjir di lima wilayah kotamadya masih bertahan di lokasi pengungsian.

Ribuan pengungsi terbesar di wilayah Jakarta Barat mencapai 123.061 jiwa. Kemudian disusul Jakarta Selatan 42.767 jiwa, Jakarta Utara 27.930 jiwa, Jakarta Timur 11.725 jiwa, dan Jakarta Pusat 3.260 jiwa.

Pengungsi tersebut masih bertahan di lokasi pengungsian karena sebagian wilayah Jakarta masih terendam air dengan ketinggian bervariasi. Sehingga para pengungsi itu enggan kembali ke rumah masing-masing.

Di Jakarta Barat, ketinggian air di pemukiman seperti di Kecamatan Kebon Jeruk, Cengkareng, Kembangan, dan Kalideres mencapai 10-15 cm.

Untuk wilayah Jakarta Pusat, tiga wilayah yaitu Karet Tengsin, Bendungan Hilir, dan Kelurahan Petamburan masih digenangai air setinggi 30 centimeter-50 centimeter. Jumlah pengungsi terbanyak ada di Petamburan, yaitu sebanyak 2.130 jiwa. Para pengungsi tersebut menempati Masjid Al Barkah, Masjid Al Islam, Balai Rakyat, lapangan bulu tangkis, Kebon Pala, dan Masjid Muhajirin.

Genangan air paling parah masih terjadi di Jakarta Utara. Hampir seluruh kecamatan di wilayah ini masih terendam banjir dengan ketinggian air 5 cm-170 cm. Jumlah pengungsi terbanyak di Kecamatan Koja mencapai 10.931 jiwa. Kemudian disusul Kelapa Gading 6.226 jiwa dan Cilincing 9.261 jiwa.

Sementara itu, delapan wilayah pemukiman di Jakarta Selatan masih digenangi air. Ketinggian air bervariasi antara 10 centimeter hingga 250 centimeter. Wilayah yang masih tergenang tersebut Kebayoran Lama, Cilandak, Tebet, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Pancoran, serta Pesanggrahan. Untuk Jakarta Timur, hanya tiga wilayah yang masih digenangi air, yaitu Pulogadung, Cakung, dan Jatinegara dengan ketinggian air berkisar antara 10-150 centimeter.

Bantuan yang telah disalurkan ke lima wilayah dan dapur umum Dinas Bina Mental dan Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta meliputi 166 ton beras, 4.500 dus mie instan, 1.200 dus minyak goreng, 9.600 botol saos, 9.600 botol kecap, 42.852 kaleng sarden, serta 1.600 selimut.

Banjir yang melanda Jakarta sepekan terakhir ini mengakibatkan 37 warga meninggal. Rinciannya, Jakpus 3 orang, Jakbar 7 orang, Jakut 11 orang, Jaksel 1 orang, serta Jaktim 15 orang.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 2:09 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Tuesday, February 06, 2007

Stok Beras di Jakarta Aman

Stok beras bagi warga Jakarta masih tergolong aman. Sebab, persediaan beras di Pasar Induk Cipinang, sebagai sentra pendistribusian beras untuk wilayah Jakarta masih mencukupi.

Kepala Pengelolaan Data Food Station Pasar Induk Cipinang, Nurul Shantiwardhani, mengatakan saat ini stok beras di Pasar Induk Cipinang masih sebanyak 41 ribu ton. Sementara kebutuhan beras warga Jakarta hanya 2.500 ton per harinya.

”Saat ini, persediaan beras untuk Jakarta dalam kondisi aman,” tegas Nurul.
Selain masih menyimpan stok sebanyak 41 ribu ton, kata Nurul, pihaknya juga menerima kiriman beras sebanyak 1.000 ton per harinya dari Demak.

Meski demikian, dia mengaku belakangan ini terjadi penurunan pasokan beras dari beberapa daerah penghasil beras seperti Kerawang dan Cianjur. “Pasokan beras dari Kerawang dan Cianjur terhenti karena gagal panen. Saat ini pasokan beras ke Pasar Induk Cipinang berasal dari Demak Jawa Tengah. ”Saat ini pasokan beras terbesar berasal dari Demak,” ujar Nurul.

Dia mengaku kurangnya pasokan beras ke Pasar Induk Cipinang mengakibatkan harga beras mengalami kenaikan. Selain banjir terhambatnya distribusi beras karena sejumlah ruas jalan terendam banjir juga menyebabkan harga beras melonjak.

Sebenarnya, kata Nurul, pada bulan Januari telah terjadi kenaikan harga beras. Namun saat banjir yang mengakibatkan terhambatnya distribusi beras membuat kenaikan harga beras menjadi lebih signifikan. ”Kenaikan beras cukup signifikan saat banjir melanda ibu kota ini,” ujar Nurul.

Pada bulan Januari beras IR64 Kualitas III yang merupakan beras paling murah di Pasar Induk Cipinang harganya Rp 4200/kg. Namun saat banjir melanda ibu kota harga beras tersebut melonjak mencapai angka Rp 5200 /kg.

Sementara itu untuk beras Cianjur Kepala, karena merupakan beras kualitas terbaik, harganya tidak mengalami kenaikan yang cukup serius. Saat ini di Pasar Induk Cipinang harga beras tersebut Rp 6900/kg. ”Kenaikan harga beras tersebut saat banjir hanya Rp 200/kg,” terang Nurul.

Nurul mengungkapkan tidak adanya kenaikan yang cukup signifikan pada beras Cianjur Kepala dikarenakan stok dan pasokan tetap stabil. Selain itu beras tersebut tidak di konsumsi khalayak banyak.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 2:14 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Monday, February 05, 2007

Jenis-jenis Penyakit Pasca Banjir

Untuk menghindari berbagai jenis penyakit seperti diare,ISPA, kulit, flu, dan chikungunya, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat saat ini sudah menyiapkan berbagai macam obat dan penanggulangannya. Obat-obat yang telah disiapkan seperti oralit, obat diare, cairan infus sedangkan untuk penanggulangan sudah disiapkan kapurit untuk penjernih air, bubuk abate, karbon untuk membersihkan lantai rumah.

beberapa tips dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 2:16 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Sunday, February 04, 2007

Jalan di Jakarta Timur Banyak yang Berlubang

Kualitas jalan protokol di ibu kota tergolong rendah. Betapa tidak, hanya terendam air sekitar lima hari saja sudah bolong-bolong dan rusak.

Menurut antauan, ruas jalan yang berlubang itu ditemui di Jalan Matraman Raya, Jalan Pemuda, Jalan Jatinegara Barat, Jalan Urip Sumoharjo, dan Jalan Cililitan. Di beberapa titik jalan tersebut terdapat lobang-lobang kecil sehingga mengganggu kenyamanan pengguna jalan.

Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Jakarta Timur, Djohar Arifin, mengakui beberapa jalan di wilayahnya banyak yang berlubang. Hal itu dikarenakan ruas jalan tersebut memang tidak tahan terhadap genangan air.

”Genangan air yang melanda beberapa ruas jalan membuat aspal menjadi lunak, sehingga aspal-aspal tersebut terkelupas sehingga berlubang,” ujar Djohar.

Pria yang berkantor di Jalan Jatinegara Barat tersebut menuturkan sebelum terjadi banjir beberapa ruas jalan di Jakarta Timur telah di beton sehingga lebih memiliki daya tahan terhadap genangan air.

Ruas jalan tersebut, kata Djohar, di antaranya Jalan Otista, dimana setelah Dinas PU Provinsi DKI membeton jalan tersebut membuat daya tahannya lebih kuat dibanding beberapa ruas jalan yang masih menggunakan aspal. ”Jalan yang telah dibeton di jalan Otista tidak ada yang berlobang, walau banjir juga mengenangi kawasan tersebut cukup besar,” terang Djohar Arifin.

Dia mengungkapkan pihaknya terus memberikan laporan setiap harinya mengenai beberapa ruas jalan di Jakarta Timur yang berlubang akibat terendam banjir. ”Hasil pentauan petugas kami di lapangan langsung dilaporkan ke tingkat dinas,” ungkapnya tanpa bisa merinci ruas jalan mana saja yang berlubang di wilayahnya.

Pihaknya tidak memiliki wewenang untuk memperbaiki jalan yang berlubang di wilayahnya. “Wewenang kita hanya sebatas melaporkan. Untuk perbaikan itu kewenangan dinas,” pungkasnya.

Selain di Jakarta Timur, jalan berlubang dan rusak juga ditemui di Jalan Kyai Caringin, Jakpus, Jalan Tomang Raya, Jakbar, serta Jalan Raya Cilincing, Yos Sudarso, Enggano, dan RE Martadinata di Jakut.

Di Jl Kyai Caringin dekat jembatan Banjir Kanal Barat, Jakpus, terlihat dua lubang besar di jalur menuju perempatan Tomang. Sejumlah lubang serupa juga terlihat di Jalan Tomang Raya, termasuk di jalur busway.

Bahkan separator busway yang notabene masih baru pun rusak. Hal itu terlihat di Koridor III jurusan Harmoni-Kalideres. Banyak separator yang terlepas dan berserakan di tepi jalan.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 1:57 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Saturday, February 03, 2007

Menjadikan Jakarta Kawasan Bisnis

Pemerintah Propinsi DKI Jakarta berencana menata wajah Kota Jakarta. Sementara itu Pemda DKI menunggu keputusan presiden (Keppres) akan hal tersebut. Menurut Gubernur, rencana agenda besar masa depan itu dalam jangka panjangnya, Jakarta akan dijadikan kawasan bisnis. Sedangkan kawasan pemukiman akan dipindahkan ke daerah pinggiran yang terintegrasi, seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek). Namun masalah ini akan masuk dalam agenda kerja Pemerintah Pusat. Untuk itu, diperlukan koordinasi antar pemerintah daerah dan diperlukan pula kekuatan hukum dari pemerintah pusat sebagai penanggung jawab. Padahal rencana pemindahan pemukiman penduduk dari pusat kota ke pinggiran, sudah ada sejak dulu.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 1:54 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Friday, February 02, 2007

Sweeping Hari Pertama Jaring 11.537 Ekor Unggas

Sweeping unggas hari pertama pada 1 Februari 2007 di pemukiman warga berhasil menjaring sebanyak 11.537 ekor unggas. Dari jumlah tersebut jenis unggas terbanyak yakni ayam dan burung merpati. Demikian diungkapkan Kepala Biro Humas dan Protokol DKI Jakarta Arie Budhiman, Jumat (2/2) pagi.

Ari merinci untuk wilayah Jakarta Selatan sebanyak 397 ekor, Jakarta Timur 4.226 ekor, Jakarta Barat 2.953 ekor, dan Jakarta Utara 3.961 ekor.

"Unggas tersebut langsung dimusnahkan," kata Ari.

Ari menambahkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan terus merazia unggas yang ada di pemukiman warga. Upaya tersebut, kata dia, dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus flu burung.

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 12:43 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment

 


Google
Web Blog ini

Thursday, February 01, 2007

Empat RW di Petamburan Tergenang

Hujan deras yang menggyur Jakarta hingga Kamis (1/2) membuat sejumlah pemukiman terendam air. Di Kelurahan Petamburan misalnya, empat RW di wilayah itu tergenang air dengan ketinggian antara 40 centimeter hingga 80 centimeter. Genangan itu berlangsung sejak pukul 14.00 WIB akibat meluapnya air dari Sungai Ciliwung dan Banjir Kanal Barat (BKB).

Keempat RW tersebut, yakni, RW 01, 02, 03, dan RW 04. RW yang paling parah terkena genangan air tersebut berada di RW 03 RT 16 dengan ketinggian mencapai 80 cm. Kendati demikian, warga belum mengungsi. Sebagian warga mengaku baru akan mengungsi jika ketinggian air mencapai satu meter lebih.

Saat ini di Petamburan tersebut telah disiapkan dapur umum, satu unit perahu karet, tiga unit sampan, dan obat-obatan guna mengantisipasi pengungsi setelah terjadinya banjir di daerah tersebut.

Lurah Petamburan, Munawar, mengatakan, pihak Kelurahan Petamburan sudah menyiapkan sarana dan prasarana bagi warga yang mengungsi, seperti, penyediaan dapur umum dan sembilan bahan pokok (sembako).

“Kami sudah sejak jauh-jauh hari mempersiapkan sarana dan prasana bagi korban banjir di Petamburan, karena wilayah ini sudah menjadi langganan banjir setiap tahunnya,” kata Munawar, Kamis (1/2).

Sementara itu Kepala Suku Dinas Bina Mental dan Kesejahteraan Sosial Jakarta Pusat, Sangidun, mengatakan pihaknya hari ini telah menyerahkan bantuan kepada warga korban banjir di Petamburan. Bantuan yang diserahkan itu antara lain 20 lembar tikar, 50 selimut, 25 dus mie instant, 300 kaleng ikan sarden, 144 botol kecap dan saus, 24 liter minyak goreng. “Sedangkan bantuan satu ton beras sudah diserahkan kemarin,” kata Sangidun.

Sementara itu, untuk memompa air ke kali Banjir Kanal Barat, enam pompa dioperasikan di Waduk Melati, Kebon Melati, Jakarta Pusat, Kamis (1/2), sejak pukul 09.30. Ketinggian air di waduk tersebut mencapai 246 centimeter dari batas normal 130 centimeter. Waduk ini berfungsi untuk mengurangi genangan di Jalan Thamrin.

Saat ini beberapa ruas jalan di sekitar Waduk Melati tergenang air seperti Jalan Sungai Gerong, Jalan Plaju, Jalan Tanjung Karang, Jalan Talang Betutu. Genangan di wilayah itu mencapai setengah ban mobil.

Selain Waduk Melati, lima pompa di Waduk Setiabudi Timur juga dioperasikan. Sedangkan satu pompa rusak. Sohid, Komandan Waduk Setiabudi mengatakan ketinggian air mencapai 278 centimeter dari batas normal 250 centimeter.

__________

trackback

Labels:


Read more...

posted by ojack_djakarta 12:41 PM   0 comments

 
0 Comments:

Post a Comment